Setiap minggu, dikoran Kompas edisi Minggu (saya Cuma langganan Kompas dihari Minggu), tidak setiap saat, tapi lumayan sering, rubrik yang kubaca adalah PARODI yang ditulis oleh Samuel Mulia. Aku kenal dengannya dari seorang kakakku, tidak terlalu sering bertukar kabar (malah bisa dibilang hanya satu kali sampai saat ini), tapi aku menjadi salah satu dari jutaan temannya di Facebook.
Nah hari Minggu kemarin (11 Januari 2009) ia menuliskan artikel yang menurut saya ‘luar biasa memberi pencerahan’, kira-kira begini (beberapa paragraf saya kutipkan)
“….. tahun 2009 baru dijalani beberapa minggu, masih ada
Nah, saya membaca itu jadi teringat cerita suami saya, Ayah Omei, yang bertafakur di Padang Arafah kemarin dan yang ia ucapkan adalah “Maaf kan aku sudah zalim pada keluargaku, diriku sendiri..” Masih meraba-raba maksudnya apa. Tapi begitu membaca artikel Mas Sam kok langsung nyambung ya… Bahwa manusia itu dibuat sebaik-baik mahluk ciptaan oleh Allah Qur’an Surat At-Tin (95) ayat 4
“ Sungguh Kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”
Nah kalau kita sudah diciptakan sedemikian sempurna, kok bisa ada ‘negatif’ menelusup ke hati kita ya..? Kupikir-pikir lagi, Tuhan itu Maha Penyayang kok, nggak mungkin Dia mau menjerumuskan kita. Nah kalau kita yang akhirnya menjadi terjerumus, itu
Sampai di Jakarta, Omei menyebut doa yang ia sebutkan itu, ternyata itu doa Nabi Yunus AS saat ditelan oleh ikan paus saat ia meninggalkan tugasnya menyebarkan agama Allah pada kaumnya. Qur'an Surat Al Anbiya (21):87
Kalau tidak salah Opick juga pernah membawakan ayat ini..
” .....Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazzalimiin ”
....Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, Sungguh aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”
Trus gimana dong, jelas-jelas kita berarti mencelakakan diri kita sendiri. Makan yang seharusnya tidak dimakan, minum yang seharusnya tidak diminum, berucap yang seharusnya tidak perlu diucapkan, dan lain-lain dan lain-lain. Tapi kita acapkali juga berdiri dibelakang tameng besar yang bernama ’manusiawi’. ”Itu kan manusiawi” kita berdalih. Itu dalih atau pembelaan dari kekurangan yang kita juga tau bahwa ini efek dari sesuatu yang kita perbuat.
Minta maaf, mohon ampun, sat sudah diujung jurang, kemudian diulang lagi dengan alasan manusiawi...
Atau dengan enteng kita bilang ”abiasan setannya nggodain terus” Wah digoda setan kok nurut. Namanya aja penggoda, ya emang tugasnya begitu. Kalau kitanya ’lempeng aja’ kan dia nyari yang lain buat digodain.
Ih aneh ya. Sungguh aneh. Kalau Ibu I’a bilang gini ”Kita yang pegang remote controlnya. Nah siaran apa yang mau kita pilih. Sinetron, Animal Planet, atau update gosip selebritis?” hehehe.. yang enak itu ya chanel gossip ya... kan manusiawi, pingin tau urusan orang...
Astagfirullah. Betul. Kita ini memang orang zalim. Zalim pada diri sendiri.
(maaf kalau penulisan Surat Al Anbiya yang dilatinkan terdapat kesalahan ejaan)